Toko Kelontong Madura

Toko Kelontong Madura

2024 © DISKOMINFO KABUPATEN SUKOHARJO

Toko sembako dan toko kelontong adalah dua jenis toko yang sangat umum dijumpai di Indonesia. Kedua jenis toko ini memiliki kesamaan dalam menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari. Meskipun demikian, keduanya memiliki perbedaan dalam hal jenis barang yang dijual, ukuran toko, lokasi, harga, dan target konsumen.

Toko sembako cenderung lebih besar dan menyediakan barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti beras, minyak goreng, dan bahan pangan lainnya, sementara toko kelontong lebih kecil dan menjual berbagai macam barang termasuk makanan ringan dan permen.

Kita akan membahas lebih detail tentang sejarah toko sembako dan toko kelontong serta perbedaan toko sembako dan toko kelontong.

Jam Operasional Warung Kelontong

Selanjutnya, kalian juga harus memperhatikan jam buka serta tutup warung kelontong kalian. Terkadang yang menjadi kekurangan ialah jam buka dan tutup kadang berbeda. Hal ini tentunya yang membuat para konsumen bingung kapan jadwal buka dan tutup nya.

Pembukuan Barang Serta Metode Pembayaran Yang Disediakan

Pembukuan merupakan hal yang penting dalam bisnis ini. Jangan sampai kalian salah perhitungan terhadap pembelian barang serta keuntungan yang didapat sehingga menyebabkan bisnis kalian rugi.

Selain itu juga, kalian bisa menyediakan beragam metode pembayaran untuk pelanggan kalian. Saat ini, ketika orang lupa bawa uang, orang bisa bayar via QRIS, atau dompet digital. Alangkah baiknya jika kalian bisa menyediakan itu.

Nah untuk membantu kalian dalam menyediakan metode pembayaran serta pencatatan barang, kalian bsia menggunakan Aplikasi Invoice Online dari Paper.id. Dengan Paper. kalian bisa menyediakan beragam metode pembayaran untuk pelanggan dan juga supplier.

Yuk pakai Paper.id sekarang dengan klik tombol dibawah ini!

Latest posts by paperblog

Modal Barang Yang Dijual

Terakhir, dari modal yang harus disiapkan ialah barang dagangannya itu sendiri. Disarankan kalian menjual barang-barang yang sesuai dan dicari masyarakat. Kenapa? karena biasanya minimarket modern pastinya akan memiliki harga pokok yang jauh lebih tinggi dibanding dengan toko kelontong.

Selain bahan pokok yang dicari oleh masyarakat, kalian juga bisa menjual camilan ringan, nah camilan ringan ini bisa cepat laku dan juga cepat balik modal. Kalau bisa hitung total yang harus keluarkan untuk barang yang dijual sekitar 3.000.000 juta rupiah. Tentu dengan modal segini kalian bisa membeli seluruh bahan pokok kemudian menjualnya.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa modal minimal yang harus kalian keluarkan untuk bisnis toko kelontong ini berjumlah Rp3.000.000 + Rp1.200.000 + Rp 800.000 = Rp5.000.000 Rupiah.

Tentu saja modal tersebut merupakan perhitungan minimum dan bisa berubah sesuai kemampuan kalian dan faktor yang lainnya. Berikut Tips dalam menjalankan usaha warung kelontong.

Baca Juga: 5 Inovasi Toko Kelontong Untuk Lebih Modern Dan Sukses!

Pelayanan Kepada Pelanggan

Ketiga, kalian bisa memberikan pelayanan ekstra maksimal kepada pelanggan kalian. Nah dengan memberikan pelayanan terbaik, maka stigma toko anda terhadap pelayanan terbaik akan terbentuk, dan kemudian para pelanggan kalian akan nyaman.

Sejarah Toko Sembako dan Toko Kelontong

Toko sembako dan toko kelontong adalah dua jenis toko yang sudah ada sejak lama di Indonesia. Kedua jenis toko ini memainkan peran penting dalam menyediakan barang-barang kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat. Mari kita lihat sejarah toko sembako dan toko kelontong yang telah berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat.

Baca juga: 7 Manfaat Menggunakan Aplikasi Kasir untuk Meningkatkan Produktivitas Bisnis Anda

Kata "sembako" sendiri berasal dari singkatan "sembilan bahan pokok". Sembilan bahan pokok ini adalah beras, minyak goreng, gula, tepung terigu, garam, telur, daging, susu, dan kacang-kacangan. Pada masa penjajahan Belanda, bahan-bahan ini diimpor dari luar negeri dan dijual di pasar-pasar tradisional. Setelah Indonesia merdeka, para pedagang di pasar tradisional mulai menjual bahan-bahan ini secara eceran.

Kemudian pada tahun 1967, pemerintah Indonesia memperkenalkan program Distribusi Sembako Nasional (DSN) yang bertujuan untuk memperbaiki distribusi dan stabilitas harga bahan makanan pokok.

Program ini mengatur distribusi bahan-bahan sembako dari produsen ke konsumen melalui jalur distribusi yang sudah ditentukan. Pada tahun 1970-an, toko sembako mulai muncul di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Toko sembako ini menjual bahan-bahan sembako yang didistribusikan oleh DSN.

Seiring dengan perkembangan ekonomi Indonesia, toko sembako semakin berkembang dan berubah menjadi lebih modern. Toko sembako modern menyediakan lebih banyak jenis produk dan memiliki fasilitas yang lebih baik seperti mesin kasir dan pendingin. Toko sembako juga semakin mudah ditemukan di seluruh Indonesia dan menjadi pilihan utama bagi masyarakat yang membutuhkan bahan-bahan pokok sehari-hari.

Tips Dalam Usaha Warung Kelontong

Sejarah Toko Kelontong

Toko kelontong pertama kali muncul pada masa penjajahan Belanda. Toko kelontong awalnya hanya menjual barang-barang kecil seperti makanan ringan dan rokok. Toko kelontong sering berada di dekat pasar tradisional dan menjadi tempat untuk membeli barang-barang kecil yang tidak tersedia di pasar tradisional.

Setelah Indonesia merdeka, toko kelontong semakin berkembang dan mulai menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti beras, gula, minyak goreng, dan lain sebagainya. Toko kelontong menjadi pilihan bagi masyarakat yang tidak ingin pergi ke pasar tradisional atau toko sembako yang jauh.

Namun, pada tahun 1980-an, toko kelontong mulai tergusur oleh pasar swalayan dan minimarket yang lebih modern. Toko kelontong yang kecil dan kurang modern sulit bersaing dengan pasar swalayan yang besar dan modern. Meskipun demikian, toko kelontong masih ada dan tetap menjadi pilihan bagi masyarakat yang membutuhkan barang-barang kecil dan tidak terlalu penting.

Menentukan Lokasi Toko Kelontong

Kalau dalam membuat toko kelontong terbatas akan modal, kami menyarankan untuk membuka toko kelontong di teras rumah kalian sendiri.

Dari situ kalian tidak perlu khawatir lagi terhadap biaya akan sewa lapak atau ruko dan lainnya. Selain itu juga, kalau toko kelontong kalian dekat dengan toko kelontong yang lain, diusahakan untuk mencari cara bagaimana sih agar warung kalian tetap ramai dikunjungi.

Jenis barang yang dijual.

Salah satu perbedaan utama antara toko sembako dan toko kelontong adalah jenis barang yang dijual. Toko sembako khususnya menjual bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari seperti beras, minyak goreng, gula, tepung, susu, telur, dan bahan pangan lainnya.

Sementara itu, toko kelontong menjual barang-barang yang lebih beragam, termasuk bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari seperti makanan ringan, permen, minuman, barang-barang kebutuhan rumah tangga, serta barang-barang yang tidak terlalu penting seperti mainan anak-anak, alat tulis, dan lain sebagainya.

Toko sembako cenderung lebih besar dan lebih lengkap daripada toko kelontong. Hal ini dikarenakan toko sembako menyediakan barang-barang kebutuhan sehari-hari yang lebih penting dan sering dibutuhkan oleh masyarakat. Sementara itu, toko kelontong cenderung lebih kecil dan mungkin hanya memiliki beberapa jenis barang yang dijual.

Baca juga: 10 Tips Foto Produk Untuk Bisnis dan Mengapa Foto Produk itu Penting?

Toko sembako cenderung terletak di pinggir jalan, dekat dengan pemukiman penduduk atau pasar tradisional. Hal ini membuat toko sembako lebih mudah diakses oleh masyarakat dan sering menjadi pilihan utama untuk membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari. Sementara itu, toko kelontong dapat ditemukan di berbagai tempat seperti di pusat perbelanjaan, pasar swalayan, dan daerah perkotaan.

Harga barang-barang di toko sembako cenderung lebih stabil dan sedikit lebih murah daripada di toko kelontong. Hal ini karena toko sembako sering membeli barang-barang secara besar-besaran dan memperoleh harga yang lebih murah. Sementara itu, toko kelontong biasanya membeli barang-barang secara eceran dan harga barang cenderung lebih mahal.

Toko sembako biasanya menjadi pilihan utama bagi masyarakat dengan penghasilan menengah ke bawah yang membutuhkan barang-barang kebutuhan sehari-hari dengan harga yang terjangkau. Sementara itu, toko kelontong sering menjadi pilihan bagi masyarakat yang mencari barang-barang yang tidak terlalu penting atau hanya ingin membeli barang-barang secara eceran.

Secara keseluruhan, toko sembako dan toko kelontong memiliki perbedaan dalam hal jenis barang yang dijual, ukuran toko, lokasi, harga, dan target konsumen. Meskipun keduanya sering dianggap sama, namun perbedaan tersebut memberikan pengaruh pada pola konsumsi masyarakat.

Toko sembako dan toko kelontong sama-sama memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang-barang kebutuhan sehari-hari. Namun, keduanya memiliki perbedaan dalam jenis barang yang dijual, ukuran toko, lokasi, harga, dan target konsumen.

Penting bagi masyarakat untuk mempertimbangkan perbedaan-perbedaan tersebut dalam memilih toko yang tepat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Memilih toko yang tepat juga dapat membantu masyarakat dalam menghemat pengeluaran dan memastikan ketersediaan barang-barang yang dibutuhkan.

Toko kelontong atau toko swalayan (bahasa Inggris: convenience store) adalah suatu toko kecil yang umumnya mudah dijangkau oleh khalayak atau masyarakat setempat. Toko semacam ini umumnya berlokasi di jalan yang ramai, stasiun pengisian bahan bakar (SPBU), atau stasiun kereta api. Toko kelontong sering ditemukan di tengah-tengah pemukiman padat perkotaan. Kebanyakan toko kelontong masih bersifat tradisional dan konvensional yang pembelinya tidak bisa mengambil barangnya sendiri, karena rak tokonya belum modern dan kerap menjadi penghalang antara penjual dan pembeli. Contoh toko kelontong modern yang banyak ditemukan di Indonesia antara lain adalah Circle K, Indomaret, Alfamart, FamilyMart, dan Lawson.

Kata kelontong memiliki sejarah yang cukup tua. Kata ini merujuk pada alat bunyi-bunyian yang selalu dibawa oleh pedagang keliling Tionghoa saat menjajakan barang dagangannya di masa lampau. Kelontong berbentuk seperti tambur mini bertangkai dan di kedua sisinya diberi tali pendek dengan biji bulat di ujungnya. Tambur mini tersebut bisa terbuat dari kaleng, kulit samak, atau kertas semen. Dengan diputar-putar ke kiri dan ke kanan pada tangkainya, maka biji bulat ini akan menabuh tambur tersebut dengan suara "klontong, klontong". Orang-orang yg berdiam di dalam rumah akan segera tahu bahwa penjaja barang keliling sedang lewat di depan rumahnya karena mendengar suara kelontong yang khas. Pada zaman itu, sang penjaja disebut dengan Tjina kelontong.

Jaringan toko kelontong pertama di Amerika Serikat dibuka di Dallas, Texas pada tahun 1927 oleh Southland Ice Company yang nantinya berkembang sebagai jaringan toko kelontong terbesar di dunia 7-Eleven.[1] Pada tahun 1939,[2] seorang pemilik pengolahan susu bernama J.J. Lawson membuka sebuah toko susu di pabrik susu miliknya di dekat Akron, Ohio. Lawson's Milk Company berkembang sebagai jaringan toko kelontong di negara bagian Ohio.[2] Jaringan toko kelontong lainnya, Circle K didirikan pada tahun 1951. Barang dagangan mereka cenderung sama, meski merek tokonya berbeda-beda. Barang dagangan yang umum dijual oleh toko kelontong di Amerika Serikat, misalnya: susu, roti, minuman ringan, rokok, kartu telepon prabayar, kopi, es serut slushee, cokelat batangan, Twinkies, Slim Jim, hot dog, es krim, permen, permen karet, lip balm, keripik, pretzel, berondong jagung, beef jerky, donat, peta, majalah, surat kabar, mainan anak, perlengkapan mobil, pembalut wanita, makanan anjing/kucing), dan kertas toilet. Kadang-kadang toko seperti ini juga menyediakan roti lapis, pizza, dan makanan beku. Hampir semua toko menyediakan ATM dan menjual lotre negara bagian.

Sejumlah toko kelontong di Amerika Serikat juga menjual bensin karena berlokasi di dalam pompa bensin. Pada tahun 1969 hanya ada 2.500 toko yang memiliki pompa bensin swalayan.[3] Pada tahun 2011, di Amerika Serikat terdapat kira-kira 47.195 pompa bensin yang memiliki convenience store dengan penghasilan total AS$326 miliar.[4]

Di Jepang terdapat lebih dari 40.000 toko kelontong[5] yang populer dengan sebutan konbini (コンビニ) (singkatan untuk convenience stores). Toko-toko seperti ini di Jepang umumnya berukuran sedang, bersih, dan terang benderang.[6] Sebagian besar konbini berada di permukiman atau kawasan ramai, buka 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Jaringan toko kelontong terbesar di Jepang adalah 7-Eleven, FamilyMart, dan Lawson. Toko-toko seperti ini tidak hanya memberikan kemudahan dan kenyamanan berbelanja, melainkan juga menyediakan layanan pembayaran rekening serta pemesanan tiket.

Menurut Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang, convenience store adalah toko swalayan penjual makanan dan minuman yang beroperasi lebih dari 13 jam per hari, dan memiliki luas lantai untuk berdagang lebih dari 30 m2 tetapi tidak lebih dari 250 m2.[7] Pada mulanya, konbini populer di kalangan dewasa muda dan para pelaju. Namun sekarang ini konbini telah menjadi "pusat gaya hidup" untuk konsumen muda Jepang yang mobilitasnya tinggi dan senang belanja.[6] Bagi konsumen usia muda dan lajang (dan sebagian konsumen lainnya), konbini adalah satu-satunya toko makanan untuk mereka.[6]

Makanan yang dipajang di rak, misalnya: mi instan, makanan kaleng, makanan ringan seperti keripik dan senbei, permen, cokelat, dan roti. Makanan hangat seperti ayam goreng, yakitori, bakpau (nikuman), dan oden disediakan di konter kasir. Makanan yang dijajakan di rak pendingin, misalnya: sushi, roti lapis, bento, onigiri, yakisoba, dan pasta. Makanan dingin setelah dibeli dapat dipanaskan dengan oven microwave yang terdapat di kasir. Onigiri adalah barang dagangan penting. Isi onigiri misalnya: umeboshi, konbu, tuna mayones, mentaiko, dan salmon. Pada tahun 2010, 7-Eleven menjual 1,5 miliar onigiri, atau kira-kira 12 onigiri untuk setiap penduduk Jepang, laki-laki, perempuan, dan anak-anak.[8]

Minuman yang dijual terdiri dari minuman panas dan minuman dingin dalam kemasan botol PET dan karton, di antaranya: minuman berkarbonasi, kopi, teh, jus, susu, minuman olahraga, dan minuman energi. Pilihan minuman bergantung pada musim. Sebagian dari toko-toko ini juga menjual rokok dan minuman beralkohol seperti bir, happoshu, chuhai, shochu, sake, dan anggur. Barang-barang konsumsi sehari-hari yang dijual, misalnya: produk pemeliharaan tubuh, sampo, sabun, kosmetik, baterai, kartu prabayar, alat tulis, CD/DVD kosong, perangkat lunak, permainan video, kartu pos, payung, buku, surat kabar dan majalah, serta manga. Sebagian dari toko juga menyediakan toilet, terutama yang berada jauh dari pusat kota.

Selain menyediakan mesin ATM, konbini juga menyediakan terminal reservasi tiket, mesin fotokopi/fax, mesin cetak foto digital. Konsumen dapat memesan tiket (konser, pertandingan bisbol, taman bermain, pesawat terbang, bus antarkota, tiket kereta api) di terminal reservasi. Mesin fotokopi juga berfungsi sebagai mesin reservasi tiket sekaligus pencetak foto digital atau dokumen yang telah diunggah ke Internet. Multi Copy Machines di 7-Eleven memberi layanan penjualan tiket konser, pertandingan olahraga, karcis bioskop, dan membeli tiket dari Ticket Pia yang merupakan agen tiket utama di Jepang. Tiket yang dibeli langsung dibayar di kasir.[9]

Di toko-toko seperti ini, konsumen juga dapat membayar berbagai tagihan, termasuk tagihan air, gas, listrik, telepon, dan premi pensiun nasional. Sebagian besar dari konbini juga menerima pengiriman dan pengambilan paket (takuhaibin). Sebagian di antaranya juga melayani pengambilan barang yang dipesan melalui Internet. Konsumen dapat membayar dengan uang tunai di kasir bila tidak ingin menggunakan kartu kredit untuk bertransaksi di Internet. Sebagian besar toko juga menerima pembayaran dengan uang elektronik (Suica, Pasmo, atau Edy).

Jepang memiliki convenience store pertama pada tahun 1962, berupa sebuah kios di Stasiun Tajimi milik Japanese National Railways.[10] Pemiliknya adalah Tetsudou Kousaikai, sebuah organisasi yang mengelola kios-kios di stasiun kereta api yang menjual majalah dan surat kabar secara konsinyasi. Pada Desember 1968, Marusho membuka toko di Kobe.[10] Pada tahun 1969, My Shop (マイショップ) membuka toko pertamanya sebagai percobaan di Toyonaka, Prefektur Osaka.[10]

Toko pertama Cocostore dibuka di Kasugai, Prefektur Aichi pada Juli 1971.[10] Pada bulan berikutnya, Agustus 1971, Seicomart membuka toko pertamanya di Sapporo, Hokaido.[10] Toko pertama Family Mart dibuka pada September 1972 di Sayama, Prefektur Saitama. 7-Eleven membuka toko pertamanya di Kōtō, Tokyo pada 15 Mei 1974, dan memelopori toko buka 24 jam di Koriyama, Prefektur Fukushima pada tahun 1975.[10] Masih pada tahun 1975, Daiei Lawson membuka toko pertamanya di Toyonaka, Prefektur Osaka. Toko pertama Daily Yamazaki dibuka di Itabashi, Tokyo pada tahun 1977.[10]

Jumlah konbini di Jepang terus meningkat dengan pesat. Pada tahun 1974, di Jepang hanya terdapat 1.000 toko, namun meningkat menjadi 47.000 pada tahun 1996 dengan angka pertumbuhan 1.500 toko per tahun.[11] Menurut perkiraan tahun 1996, ada satu toko untuk 3.100 penduduk Jepang. Di beberapa daerah perkotaan, ada satu toko untuk 1.500 penduduk.[6] Pada tahun 2000, volume penjualan sektor eceran di konbini diperkirakan sebesar 6 triliun yen, atau kira-kira 70% dari total penjualan di department store dan 40% dari total penjualan di pasar swalayan.[6]

Setelah deregulasi tahun 1996, konbini di Jepang diizinkan menjual prangko, kartu pos, meterai, dan beras.[12] Lebih dari 80% di antaranya sekarang menjual beras sehingga menjadikan ibu rumah tangga yang sebelumnya jarang berbelanja di konbini sebagai konsumen baru. Hampir 80% dari jaringan konbini kini menjual prangko, kartu pos, dan meterai. Total penjualan ketiga benda pos ini mencapai 100 miliar yen per tahun.[12]

Konbini telah menjadi infrastruktur sosial yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari di Jepang.[7] Wanita dapat menggunakan konbini sebagai tempat perlindungan dari ancaman tindak kriminal, terutama pada malam hari. Anak sekolah yang sedang tersesat juga dapat meminta bantuan pegawai toko.[7] Ketika terjadi bencana alam, konbini juga difungsikan sebagai tempat persediaan makanan dan minuman darurat.[7]

Di Jepang ada hampir 60 jaringan waralaba convenience store yang mengelola lebih dari 38.000 toko di 47 prefektur. Selain itu, masih ada pula convenience store nonwaralaba yang jumlahnya sekitar 12.000 toko.[13] Jaringan waralaba terbesar di antaranya:

Pada tahun 2020, jumlah minimarket toko kelantang di Indonesia telah mencapai 36146 lokasi di seluruh Indonesia[14]. Berikut adalah daftar minimarket yang beroperais di wilayah Indonesia:

Modal usaha toko kelontong – Kalian pasti sudah sering melihat dong kalau toko kelontong beredar dimana-mana. Mulai dari yang kecil hingga yang besar. Setiap toko kelontong memiliki caranya masing-masing dalam membuka usaha hingga mempertahankan pelanggannya.

Dalam berbisnis, kalian pasti akan merasakan susah-gampangnya. Bisnis toko kelontong sendiri sering kita temui dan keuntungannya tidak main-main, mulai dari jutaan hingga puluhan juta. Apalagi toko kalian sudah terkenal oleh masyarakat banyak.

Dalam bisnis toko kelontong, kita sudah memiliki pasar yang jelas serta pelanggannya. Itu lah alasan mengapa toko kelontong ini masih banyak peminatnya. Dari situ bisa dapat disimpulkan bahwa toko kelontong sendiri masih sangat dibutuhkan oleh banyak orang.

Apalagi kalau dilihat bisnis ini tidak membutuhkan modal yang begitu besar. Lalu berapa sih modal usaha yang dibutuhkan untuk membuka toko kelontong ini?

Baca Juga: Modal Usaha Toko Kelontong Macet? Berikut Cara Mengatasinya!